Minggu, 15 Maret 2015

TOKOH PENDIDIKAN : MOH. SYAFII (KAYU TANAM)



Mohammad Sjafei adalah tokoh pendiri Indonesche Nederlandsche School ( INS) Kayutanam tahun 1926 yang penuh Talenta itu , dia tokoh pendidikan, pelaku sejarah dari Sumatera Barat. Kemudian pak H. Sahar bercerita tentang Mohammad Sjafei  dimasa kecil, pendidikan, pendirian INS. Pejuangan dimasa Jepang dan kemerdekaan.
Masa kecil Mohammad Sjafei.
Mohammad Sjafei Lahir di Pontianak Kalimantan Barat tahun 1893 dan meninggal pada tanggal 5 Maret 1969 dalam usia 74 tahun di Jakarta dan dikebumikan ditengah-tengah kampus INS Kayutanam Kabupaten Padang Pariaman Propinsi Sumatera Barat. Ibunya Sjafiah, seorang pembuat sekaligus penjaja kue keliling dan ayahnya sudah meninggal sejak dia masih bayi. Sebagai rakyat jelata yang miskin, M. Sjafei tidak mengenal dunia pendidikan sampai kemudian dia ditemukan oleh Marah Sutan yang bernama lengkap Inyiak Ibrahim Marah Sutan. Inyiak Marah Sutan, seorang guru sejarah pada sekolah rendah di Padang. Setelah 5 tahun di Padang, Marah Sutan dipindahkan ke Sukadana-Lampung, 7 tahun kemudian di pindahkan ke Idi-Aceh, 7 tahun kemudian dipindahkan lagi ke Pontianak. Disinilah Marah Sutan menemukan Sjafei kecil yang dikenalnya sebagai kanak-kanak, penjual kue keliling kampung yang selalu mengintip dari celah dinding tadir kelas saat Marah Sutan sedang menerangkan pelajaran. Kebiasaan Marah Sutan waktu mengajar suka bertanya kepada muridnya setiap masalah yang rumit untuk dapat dipahami dengan benar. Yang terjadi adalah setiap pertanyaan yang diajukan Marah Sutan, jawabanya selalu datang dari arah luar kelas. Marah Sutan heran, : “ suara siapa itu ?” kata Marah Sutan dalam hati. Perlahan tapi pasti Marah Sutan melangkah keluar kelas dan terlihat seorang anak kecil dekil dan kumal bertelanjang dada. Anak kecil itu memiliki bola mata bundar yang memancarkan sinar kecerdasan yang menatapnya dengan penuh pengharapan.
Kemudian Sjafei diadopsi oleh Marah Sutan dan dibesarkan bersama istrinya tercinta Chalidjah (terkenal dengan nama Anduang Chalidjah), Chalidjah, ibu angkat yang buta huruf tapi memiliki pikiran yang rasional, cerdas, berintuisi tajam dan cermat. Chalidjah sangat menyayangi Sjafei dan Sjafei banyak mendapati pendidikan darinya. Anduang Chalidjah meninggal pada tanggal 29 Desember 1951 dalam usia 82 tahun dan dimakamkan disamping makam Engku Sjafei di kampus INS Kayutanam
Pendidikan Mohammad Sjafei
Pendidikan yang ditempuh Mohammad Sjafei adalah sekolah raja di Bukit tinggi,dan kemudian belajar melukis di Batavia (kini Jakarta), sambil mengajar disekolah Kartini. Pada tahun 1922 Mohammad Sjafei menuntut ilmu di Negeri Belanda dengan biaya sendiri. Disini ia bergabung dengan “Perhimpunan Indonesia”, sebagai ketua seksi pendidikan. Di negeri Belanda ini ia akrab dengan Mohammad Hatta, yang memiliki banyak kesamaan dan karakteristik dan gagagasan dengannya, terutama tentang pendidikan bagi pengembangan nasionalisme di Indonesia. Dia berpendapat bahwa agar gerakan nasionalis dapat berhasil dalam menentang penjajahan Belanda, maka pendidikan rakyat haruslah diperluas dan diperdalam. Semasa di negeri Belanda ia pernah ditawari untuk mengajar dan menduduki jabatan disekolah pemerintah. Tapi Mohammad Sjafei menolak dan kembali ke Sumatara Barat pada tahun1925. Ia bertekad mendirikan sebuah sekolah yang dapat mengembangkan bakat murid-muridnya dan disesuaikan dengan kebutuhan rakyat Indonesia, baik yang hidup dikota maupun dipedalaman.
Mohammad Sjafei Pendirian INS Kayu tanam
Mohamad Syafei mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederland School (INS) pada tanggal 31 oktober 1926. Di Kayu Tanam, sekitar 60 km disebelah Utara kota Padang. Sekolah ini berada dipinggir jalan raya Padang Bukittinggi. Pendidikan menurut Mohaamd Sjafei memiliki fungsi membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam penyempurnaann hidup lahir dan batin antar bangsa.
Mohammad Sjafei di Zaman Jepang
Pada permulaan pendudukan Jepang tokoh-tokoh masyarakat mendirikan Komite Rakyat yang diketuai oleh Umar Marah Alamsyah dengan anggota diantaranya : Mohammad Sjafei, Suska, Mr.Abu Bakar Jaar, Abdullah St.Sinaro,Dr.Hakim, Dr.Athos , Yakub Rasyid, Anas St. Mansyur Bumi, Syarif Usman dan Ismail Lengah serta Ir.Soekarno yang berkedudukan di Padang dengan bantuan Persatuan Saudagar Indonesia.
Pada bulan Agustus 1943 dibentuklah Badan Perwakilan Sumatera Barat yang disebut dengan Shu Sangi Kai dengan ketua Mohammad Sjafei, sekretaris R.Dt.P.Baringek dan berkedudukan di Padang.
Karena kebutuhan perang semakin mendesak, serta kedudukan Jepang semakin terjepit, maka pada akhir 1944 dibentuklah Badan Kebaktian Rakyat Sumatera ( Seikei Ganshu Hokakai) yang diketuai oleh Mohammad Sjafei dengan Sekretaris Mr.St.Mohamad Rasyid dengan kantor pusat terletak di Muaro Padang.
Jepang menjanjikan kemerdekaan yang semulanya untuk wilkayah Jawa dan Madura dan diperluas untuk Sumatera, maka pada bulan Juli 1945 dibentuk pulalah untuk Sumatera Badan Perwakilan yang disebut dengan Chuo Sangi In. Badan itu berkedudukan di Bukittinggi dengan ketua Mohammad Sjafei dan sekretarisnya Adinogoro.
Mohammad Sjafei di Zaman Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 malam seorang pegawai PTT bernama Ahmad Basya yang diperkerjakan dikantor berita Domei dapat menangkap berita Proklamasi yang disiarkan oleh kantor berita Domei Jakarta. Selanjutnya Proklamasi tersebut diketik rangkap 10 oleh Asri Aidit gelar St.Rajo nan Sati dan di tempelkan ditempat ramai sehingga pada tanggal 18 Agustus 1945 tersebarlah dari mulut ke mulut Proklamasi kemerdekan Indonesia. Pada sore hari tanggal 19 Agustus 1945 Mohammad Sjafei mengadakan rapat di rumah dr.Rasyidin di Padang Panjang . Setelah dirundingkan maka diambil keputusan untuk memperbanyak berita Proklamasi dengan cara mengetiknya. Setelah maklumat proklamasi di sebarkan maka dibentuklah Komite Nasional Daerah (KNID) Sumatera Barat. KNID dihubungkan dengan keputusan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang rapat pada tanggal 19-22 Agustus 1945.
Pada tanggal 31 Agustus 1945 diadakan rapat KNID pertama kali di Alang Lawas, di rumah Abdul Muluk. Dalam rapat diputuskan ketua KNID adalah Mohammad Sjafei.
Terhitung sejak tanggal 1 Oktober 1945 sampai dengan 15 Nopember 1945. Mohammad Sjafei memimpin Residen Sumatera Barat Pertama dalam Propinsi Sumatera.
Mohammad Syafei pernah menjadi Menteri Pengajaran dalam Kabinet Syahril II, 12 Maret 1946 -2 Oktober 1946.
Moh. Syafei pada tanggal 31 Mei 1922 berangkat ke negeri Belanda menempuh pendidikan atas biaya sendiri. Belajar selama 3 tahun dengan memperdalam ilmu musik, menggambar, pekerjaan tangan, sandiwara termasuk memperdalam pendidikan dan keguruan. Pada tahun 1925 kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu pengetahuannya. 

Ketajaman kalbu dan pemikiran M. Syafei sebagai pendidik, meliputi hampir semua aspek kehidupan. Beliau benar - benar tercelup sebagai 'lifelong learners" bersama dengan murid - muridnya, beliau mendidik dengan pijakan awal bertumbuh dari ranah domestik sains. Dari ranah domestik sains yang mengolah kalbu, raga, dan rasa karsa itulah olah pikir murid - muridnya tumbuh pesat dan beliau membuktikan saat mengajar disekolah Kartini Kweekschool yang bergerak dibidang kepandaian putri. Saat perkumpulan guru - guru Belanda mengadakan kongres tahun 1918 semua muridnya menampilkan hasil pekerjaan tangan yang mendapat pujian pengawas pendidikan Pemerintah Hindia Belanda kala itu. 

Adapun aspek - aspek yang diajarkan di mulai dari :
1. Pendidikan dan Pengajaran
Apakah yang dimaksud pendidikan dan pengajaran?
Secara ringkas dapat dijawab :  " Untuk membawa si anak kepada kesempurnaan lahir dan batin ".
2. Pendidikan dan Pengajaran untuk Anak - Anak
Mengapa pendidikan dan pengajaran dimulai dari bawah benar? mengapa tidak dari masyarakat dewasa? jawab  atas pertanyaan ini banyak ragamnya. Boleh disendikan kepada ilmu jiwa atau sendi ilmu ekonomi atau ilmu tubuh dan sebagainya. Jawab yang mudah adalah "di masa-masa manusia kecil itulah mudah mengubahnya, kalau ia telah dewasa sulit !".
Indonesia saat ini memilki kepentingan yang hebat dalam menaruh anak - anak Indonesia :
a. Sebanyak Mungkin orang - orang pandai
b. Selekas mungkin karena kita sudah tertinggal.
3. Sedikit Ilmu Jiwa
Prof. Dr. Van Houte berkata :
" Dalam tahun - tahun terakhir sudah dibuktikan dengan jelas oleh ahli ilmu jiwa, bahwa pembentukan tinjauan, pandangan, dan alam pikiran semata-mata dapat dibangunkan jika ada kerja sama yang serapat-rapatnya antara bagian - bagian tubuh yang melakukan, sehingga terbentuklah kemudian suatu alam keinsyafan".
 4. Pengalaman, Kebiasaan, Pengertian
Pengalaman - pengalaman ini memberikan kepada otak dua macam pekerjaan, antara lain  :
a. Pengalaman berulang sehingga otak mendapat istirahat (tidak berfikir)
b. Pengalaman berulang yang memaksa otak bekerja terus-menerus.
5. Bermain
Semua anak biasanya suka bermain. Bermain bebas atau bermain merdeka merupakan salah satu alat yang banyak mengandung emosi dan spontanitiet . Kalau ada anak - anka yang tidak suka bermain, ia masuk ke bilangan meluar daripada biasa. Tentu ada suatu sebab yang menjadikan dia menjadi demikian. Kewajiban guru atau otang tua untuk menyelidiki hal itu dan berusaha membantu supaya kembali kepada keadaan biasa.

Sekarang I.N.S Kayutanam masih berdiri dengan luas lahan 18 Hektar merupakan boarding school tingkat SMA dan akan dikembangkan lebih jauh atas perkarsa banyak orang awak antara lain Prof. Dr. Fasli Djalal, Prof. Dr. Muluk, Asmaniar, Dewi Utama, Zulkifli dan lain-lain. Saya pun sempat mengunjungi makam beliau bersama anaknya elvira beberapa waktu lalu untuk mengenang jasa - jasa beliau dalam mendidik anak - anak bangsa.
 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar