Mohammad Sjafei adalah tokoh pendiri Indonesche
Nederlandsche School ( INS) Kayutanam tahun 1926 yang penuh Talenta itu , dia
tokoh pendidikan, pelaku sejarah dari Sumatera Barat. Kemudian pak H. Sahar
bercerita tentang Mohammad Sjafei dimasa kecil, pendidikan, pendirian
INS. Pejuangan dimasa Jepang dan kemerdekaan.
Masa kecil Mohammad Sjafei.
Mohammad Sjafei Lahir di Pontianak Kalimantan Barat
tahun 1893 dan meninggal pada tanggal 5 Maret 1969 dalam usia 74 tahun di
Jakarta dan dikebumikan ditengah-tengah kampus INS Kayutanam Kabupaten Padang
Pariaman Propinsi Sumatera Barat. Ibunya Sjafiah, seorang pembuat sekaligus
penjaja kue keliling dan ayahnya sudah meninggal sejak dia masih bayi. Sebagai
rakyat jelata yang miskin, M. Sjafei tidak mengenal dunia pendidikan sampai
kemudian dia ditemukan oleh Marah Sutan yang bernama lengkap Inyiak Ibrahim
Marah Sutan. Inyiak Marah Sutan, seorang guru sejarah pada sekolah rendah di
Padang. Setelah 5 tahun di Padang, Marah Sutan dipindahkan ke Sukadana-Lampung,
7 tahun kemudian di pindahkan ke Idi-Aceh, 7 tahun kemudian dipindahkan lagi ke
Pontianak. Disinilah Marah Sutan menemukan Sjafei kecil yang dikenalnya sebagai
kanak-kanak, penjual kue keliling kampung yang selalu mengintip dari celah
dinding tadir kelas saat Marah Sutan sedang menerangkan pelajaran. Kebiasaan
Marah Sutan waktu mengajar suka bertanya kepada muridnya setiap masalah yang
rumit untuk dapat dipahami dengan benar. Yang terjadi adalah setiap pertanyaan
yang diajukan Marah Sutan, jawabanya selalu datang dari arah luar kelas. Marah
Sutan heran, : “ suara siapa itu ?” kata Marah Sutan dalam hati. Perlahan tapi
pasti Marah Sutan melangkah keluar kelas dan terlihat seorang anak kecil dekil
dan kumal bertelanjang dada. Anak kecil itu memiliki bola mata bundar yang
memancarkan sinar kecerdasan yang menatapnya dengan penuh pengharapan.
Kemudian Sjafei diadopsi oleh Marah Sutan dan
dibesarkan bersama istrinya tercinta Chalidjah (terkenal dengan nama Anduang
Chalidjah), Chalidjah, ibu angkat yang buta huruf tapi memiliki pikiran yang
rasional, cerdas, berintuisi tajam dan cermat. Chalidjah sangat menyayangi
Sjafei dan Sjafei banyak mendapati pendidikan darinya. Anduang Chalidjah
meninggal pada tanggal 29 Desember 1951 dalam usia 82 tahun dan dimakamkan
disamping makam Engku Sjafei di kampus INS Kayutanam
Pendidikan Mohammad Sjafei
Pendidikan yang ditempuh Mohammad Sjafei adalah
sekolah raja di Bukit tinggi,dan kemudian belajar melukis di Batavia (kini
Jakarta), sambil mengajar disekolah Kartini. Pada tahun 1922 Mohammad Sjafei
menuntut ilmu di Negeri Belanda dengan biaya sendiri. Disini ia bergabung
dengan “Perhimpunan Indonesia”, sebagai ketua seksi pendidikan. Di negeri
Belanda ini ia akrab dengan Mohammad Hatta, yang memiliki banyak kesamaan dan
karakteristik dan gagagasan dengannya, terutama tentang pendidikan bagi
pengembangan nasionalisme di Indonesia. Dia berpendapat bahwa agar gerakan
nasionalis dapat berhasil dalam menentang penjajahan Belanda, maka pendidikan
rakyat haruslah diperluas dan diperdalam. Semasa di negeri Belanda ia pernah
ditawari untuk mengajar dan menduduki jabatan disekolah pemerintah. Tapi
Mohammad Sjafei menolak dan kembali ke Sumatara Barat pada tahun1925. Ia
bertekad mendirikan sebuah sekolah yang dapat mengembangkan bakat
murid-muridnya dan disesuaikan dengan kebutuhan rakyat Indonesia, baik yang
hidup dikota maupun dipedalaman.
Mohammad Sjafei Pendirian INS Kayu
tanam
Mohamad Syafei mendirikan sebuah sekolah yang diberi
nama Indonesische Nederland School (INS) pada tanggal 31 oktober 1926. Di Kayu
Tanam, sekitar 60 km disebelah Utara kota Padang. Sekolah ini berada dipinggir
jalan raya Padang Bukittinggi. Pendidikan menurut Mohaamd Sjafei memiliki
fungsi membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan
dan persaingan dalam penyempurnaann hidup lahir dan batin antar bangsa.
Mohammad Sjafei di Zaman Jepang
Pada permulaan pendudukan Jepang tokoh-tokoh
masyarakat mendirikan Komite Rakyat yang diketuai oleh Umar Marah Alamsyah
dengan anggota diantaranya : Mohammad Sjafei, Suska, Mr.Abu Bakar Jaar,
Abdullah St.Sinaro,Dr.Hakim, Dr.Athos , Yakub Rasyid, Anas St. Mansyur Bumi,
Syarif Usman dan Ismail Lengah serta Ir.Soekarno yang berkedudukan di Padang
dengan bantuan Persatuan Saudagar Indonesia.
Pada bulan Agustus 1943 dibentuklah Badan Perwakilan
Sumatera Barat yang disebut dengan Shu Sangi Kai dengan ketua
Mohammad Sjafei, sekretaris R.Dt.P.Baringek dan berkedudukan di Padang.
Karena kebutuhan perang semakin mendesak, serta
kedudukan Jepang semakin terjepit, maka pada akhir 1944 dibentuklah Badan
Kebaktian Rakyat Sumatera ( Seikei Ganshu Hokakai) yang diketuai
oleh Mohammad Sjafei dengan Sekretaris Mr.St.Mohamad Rasyid dengan kantor pusat
terletak di Muaro Padang.
Jepang menjanjikan kemerdekaan yang semulanya untuk
wilkayah Jawa dan Madura dan diperluas untuk Sumatera, maka pada bulan Juli
1945 dibentuk pulalah untuk Sumatera Badan Perwakilan yang disebut dengan Chuo
Sangi In. Badan itu berkedudukan di Bukittinggi dengan ketua Mohammad Sjafei
dan sekretarisnya Adinogoro.
Mohammad Sjafei di Zaman Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 malam seorang pegawai PTT
bernama Ahmad Basya yang diperkerjakan dikantor berita Domei dapat menangkap
berita Proklamasi yang disiarkan oleh kantor berita Domei Jakarta. Selanjutnya
Proklamasi tersebut diketik rangkap 10 oleh Asri Aidit gelar St.Rajo nan Sati
dan di tempelkan ditempat ramai sehingga pada tanggal 18 Agustus 1945
tersebarlah dari mulut ke mulut Proklamasi kemerdekan Indonesia. Pada sore hari
tanggal 19 Agustus 1945 Mohammad Sjafei mengadakan rapat di rumah dr.Rasyidin
di Padang Panjang . Setelah dirundingkan maka diambil keputusan untuk
memperbanyak berita Proklamasi dengan cara mengetiknya. Setelah maklumat
proklamasi di sebarkan maka dibentuklah Komite Nasional Daerah (KNID) Sumatera
Barat. KNID dihubungkan dengan keputusan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang rapat pada tanggal 19-22 Agustus 1945.
Pada tanggal 31 Agustus 1945 diadakan rapat KNID
pertama kali di Alang Lawas, di rumah Abdul Muluk. Dalam rapat diputuskan ketua
KNID adalah Mohammad Sjafei.
Terhitung sejak tanggal 1 Oktober 1945 sampai dengan
15 Nopember 1945. Mohammad Sjafei memimpin Residen Sumatera Barat Pertama dalam
Propinsi Sumatera.
Mohammad Syafei pernah menjadi Menteri Pengajaran
dalam Kabinet Syahril II, 12 Maret 1946 -2 Oktober 1946.
Moh. Syafei pada tanggal 31 Mei 1922 berangkat ke
negeri Belanda menempuh pendidikan atas biaya sendiri. Belajar selama 3 tahun
dengan memperdalam ilmu musik, menggambar, pekerjaan tangan, sandiwara termasuk
memperdalam pendidikan dan keguruan. Pada tahun 1925 kembali ke Indonesia untuk
mengabdikan ilmu pengetahuannya.
Ketajaman kalbu dan pemikiran M. Syafei sebagai
pendidik, meliputi hampir semua aspek kehidupan. Beliau benar - benar tercelup
sebagai 'lifelong learners" bersama dengan murid - muridnya, beliau
mendidik dengan pijakan awal bertumbuh dari ranah domestik sains. Dari ranah
domestik sains yang mengolah kalbu, raga, dan rasa karsa itulah olah pikir
murid - muridnya tumbuh pesat dan beliau membuktikan saat mengajar disekolah
Kartini Kweekschool yang bergerak dibidang kepandaian putri. Saat perkumpulan
guru - guru Belanda mengadakan kongres tahun 1918 semua muridnya menampilkan
hasil pekerjaan tangan yang mendapat pujian pengawas pendidikan Pemerintah
Hindia Belanda kala itu.
Adapun aspek - aspek yang diajarkan di mulai dari :
1. Pendidikan dan Pengajaran
Apakah yang dimaksud pendidikan dan pengajaran?
Secara ringkas dapat dijawab : " Untuk
membawa si anak kepada kesempurnaan lahir dan batin ".
2. Pendidikan dan Pengajaran untuk Anak - Anak
Mengapa pendidikan dan pengajaran dimulai dari bawah
benar? mengapa tidak dari masyarakat dewasa? jawab atas pertanyaan ini
banyak ragamnya. Boleh disendikan kepada ilmu jiwa atau sendi ilmu ekonomi atau
ilmu tubuh dan sebagainya. Jawab yang mudah adalah "di masa-masa manusia
kecil itulah mudah mengubahnya, kalau ia telah dewasa sulit !".
Indonesia
saat ini memilki kepentingan yang hebat dalam menaruh anak - anak Indonesia :
a. Sebanyak Mungkin orang - orang pandai
b. Selekas mungkin karena kita sudah tertinggal.
3. Sedikit Ilmu Jiwa
Prof. Dr. Van Houte berkata :
" Dalam tahun - tahun terakhir sudah dibuktikan dengan jelas oleh ahli ilmu jiwa, bahwa pembentukan tinjauan, pandangan, dan alam pikiran semata-mata dapat dibangunkan jika ada kerja sama yang serapat-rapatnya antara bagian - bagian tubuh yang melakukan, sehingga terbentuklah kemudian suatu alam keinsyafan".
a. Sebanyak Mungkin orang - orang pandai
b. Selekas mungkin karena kita sudah tertinggal.
3. Sedikit Ilmu Jiwa
Prof. Dr. Van Houte berkata :
" Dalam tahun - tahun terakhir sudah dibuktikan dengan jelas oleh ahli ilmu jiwa, bahwa pembentukan tinjauan, pandangan, dan alam pikiran semata-mata dapat dibangunkan jika ada kerja sama yang serapat-rapatnya antara bagian - bagian tubuh yang melakukan, sehingga terbentuklah kemudian suatu alam keinsyafan".
4. Pengalaman, Kebiasaan, Pengertian
Pengalaman - pengalaman ini memberikan kepada otak dua
macam pekerjaan, antara lain :
a. Pengalaman berulang sehingga otak mendapat
istirahat (tidak berfikir)
b. Pengalaman berulang yang memaksa otak bekerja
terus-menerus.
5. Bermain
Semua anak biasanya suka bermain. Bermain bebas atau
bermain merdeka merupakan salah satu alat yang banyak mengandung emosi dan
spontanitiet . Kalau ada anak - anka yang tidak suka bermain, ia masuk ke
bilangan meluar daripada biasa. Tentu ada suatu sebab yang menjadikan dia
menjadi demikian. Kewajiban guru atau otang tua untuk menyelidiki hal itu dan
berusaha membantu supaya kembali kepada keadaan biasa.
Sekarang I.N.S Kayutanam masih berdiri dengan luas
lahan 18 Hektar merupakan boarding school tingkat SMA dan akan dikembangkan
lebih jauh atas perkarsa banyak orang awak antara lain Prof. Dr. Fasli Djalal,
Prof. Dr. Muluk, Asmaniar, Dewi Utama, Zulkifli dan lain-lain. Saya pun sempat mengunjungi
makam beliau bersama anaknya elvira beberapa waktu lalu untuk mengenang jasa -
jasa beliau dalam mendidik anak - anak bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar