Minggu, 15 Maret 2015

PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA MELALUI MATA PELAJARAN AKUNTANSI




A.    PENDAHULUAN
Pendidikan karakter harus dimulai sejak lahir bahkan masih dalam kandungan melalui belaian kasih sayang ibu dan bapaknya. Pada masa bayi, penanaman pendidikan karakter dalam keluarga sangat penting. Nilai dan norma ditanamkan melalui contoh perilaku semua anggota keluarga. Kemudian memasuki lima tahun, anak mulai berkenalan dengan lingkungan baru, yaitu lingkungan taman kanak-kanak atau pendidikan anak usia dini. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka penanaman pendidikan karakter lebih komplek hingga tak terbatas sampai anak menginjak sekolah menengah atas namun sampai juga ke perguruan tinggi.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan  pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk  pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan   warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga   masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat    atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang  banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena  itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka  membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, bukan pula dimasukkan sebagai standar kompetensi dan kompetensi dasar baru, tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang sudah ada. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter ke dalam kurikulum yang dilaksanakan di sekolahnya. Pendidikan karakter dilaksanakan melalui keseharian pembelajaran yang sudah berjalan di sekolah. Penanaman dan pembiasaan dalam menanamkan nilai-nilai luhur di sekolah harus terintegrasi dalam proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran, tak terkecuali mata pelajaran akuntansi.


Pengertian Akuntansi menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) ialah seni pencatatan, pengikhtisaran dan pengelolaan dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang pada umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.
Mata pelajaran akuntansi merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas jurusan ilmu pengetahuan sosial dan juga diajarkan pada Sekolah Menengah Kejuruan jurusan akuntansi dan bisnis. Mata pelajaran akuntansi mempelajari mengenai pencatatan dan pelaporan keuangan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Mata pelajaran akuntansi seyogya nya juga berperan dalam pembentukan karakter siswa melalui disipiln ilmu akuntansi itu sendiri dan penerapan atau pengelolaan mata pelajaran akuntansi di kelas.
Tantangan bagi guru yang mengampu mata pelajaran akuntansi adalah selain mencurahkan pengetahuan dan keahlian akuntansi pada siswanya, namun juga guru harus mampu membentuk karakter siswa melalui penanaman nilai-nilai dan norma-norma yang berkaitan dengan bidang yang digeluti oleh akuntansi yakni mengenai keuangan. Diharapkan setelah belajar mengenai akuntansi siswa dapat menambah kemampuannya dalam bidang akuntansi sekaligus terbentuk karakter yang dibaik sehingga menjadi bekal dalam kehidupannya di masyarakat.

B.     PEMBENTUKAN KARAKTER
1.      Prinsip-prinsip Penyusunan Materi Pendidikan Karakter
Pemahaman mengenai arti pendidikan karakter akan ikut menentukan isi pendidikan karakter. Banyak orang berpikir, pihak yang dianggap bertanggung jawab dalam mendidik karakter atau budi pekerti adalah guru agama dan guru pendidikan budi pekerti. Pikiran demikian jelas kurang tepat karena masalah karakter atau budi pekerti akan berkaitan dengan satu dengan yang lain baik program pendidikan di sekolah maupun lingkungan. Pendidikan karakter atau budi pekerti sangat luas sehingga sesuatu yang tidak mungkin manakala hanya menjadi tanggung jawab guru agama ataupun guru pendidikan budi pekerti. Oleh karena itu, timbul gagasan tentang pentingnya kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dalam setiap mata pelajaran yang tidak secara eksplisit ditulis dalam kurikulum.


Prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter yang terdapat dalam mata pelajaran sebagai hidden curriculum harus berlandaskan pada :
a)      Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses yang tiada henti, dimulai dari awal peserta didik masuk samapai selesai dari suatu satuan pendidikan bahkan sampai terjun ke masyarakat.
b)      Diajarkan melalui semua mata pelajaran dan dilengkapi dengan pengembangan diri dan budaya sekolah.
c)      Penanaman nilai-nilai atau norma-norma tidak hanya diajarkan tetapi dikembangkan dan dilaksanakan.
d)     Proses pendidikan harus dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan; guru harus merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi yang sudah dimiliki, dan menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah dan tugas-tugas di luar sekolah.
Setiap mata pelajaran harus menyertakan pembentukan karakter dalam pelaksanaan pembelajarannya meskipun tidak secar konkret tertulis dalam kurikulum tapi harus termuat dalam hidden curriculum yang diterapkan. Penerapan hidden curriculum pembentukan karakter tersebut harus dilandaskan pada prinsip-prinsip di atas.

2.      Pengelolaan Kelas Mata Pelajaran Akuntansi
Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai Classroom Management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan manajemen.Pengertian pengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu kegiatan-kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian. Wilford A. Weber (James M. Cooper, 1995 : 230) mengemukakan bahwa Classroom management is a complex set of behaviors the teacher uses to establish and maintain classroom conditions that will enable students to achieve their instructional objectives efficiently – that will enable them to learn.
Definisi di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien. Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam pengelolaan kelas antara lain sebagai berikut : (1) Mengatur tempat duduk peserta didik sesuai dengan karakteristik peserta didik; (2) Menghidupkan kegiatan kelas; (3) Mengatur situasi kelas secara teratur dan tertib; (4) Mengecek kehadiran peserta didik; (5) Mengatur tata cara berbicara dan Tanya jawab; (6) Memberikan tugas kepada peserta didik dengan tertib dan lancer; (7) Mengatur pendistribusian alat dan bahan pembelajaran; dan (8) Mengumpulkan hasil pekerjaan peserta didik, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut.
Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pengelolaan kelas pada mata pelajaran akuntansi, maka dapat dilakukan melalui strategi-strategi yang dilaksanakan oleh guru untuk mengembangkan pembentukan karakter pada siswa, antara lain :
a)      Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif siswa, yaitu metode belajar yang dapat meningkatkan motivasi siswa karena seluruh yang dipelajari sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, dalam konteks ini adalah pencatatan dan pelaporan keuangan suatu perusahaan.
b)      Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman dan memberikan semangat. Karena proses belajar mengajar akan dapat berjalan dengan lancar jika siswa memiliki suasana atau kondisi lingkungan yang ideal untuknya.
c)      Memberikan pendidikan karakyter secara eksplisit, sistematis dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good dan acting the good, misalnya memberikan penguatan bahwa penghitungan akuntansi harus sistematis, jujur dan dapat dipertanggung jawabkan sehingga karakter tersebut terbentuk pada diri siswa.
d)     Membangun hubungan yang suportive dan penuh perhatian di kelas dan seluruh sekolah. Yakni dengan melaksanakan praktek akuntansi melalui bank mini atau praktek menerapkan akuntansi yang dilakukan dengan supportive dan bertanggung jawab.

e)      Tidak ada siswa yang terabaikan. Pendidik harus merasa semua siswa mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu pendidik harus mencurahkan semua perhatian kepada semua siswa sehingga semua siswa merasa nyaman dan berarti, yang pada akhirnya siswa meresa ada penghargaan terhadap dirinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pelajaran akuntansi merupakan pelajaran yang tidak semua siswa dapat memahaminya dengan cepat dan tepat. Perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dalam memahami akuntansi tersebut harus dijadikan pemacu semangat bagi guru untuk mencari dan mempraktekkan model-model pembelajaran guna mendapatkan tujuan yang diharapkan. Model pembelajaran pada pelajaran akuntansi pada hakekatnya ada dua model yakni penyampaian materi dan memperaktekkan materi tersebut. Namun permasalahannya adalah selain kognitif, siswa harus juga dilengkapi pembentukan karakter. Untuk itu guru harus memahami pengetahuan akuntansi atau kognitif sekaligus guru harus memahami hidden curiculum yang terdapat dalam pelajaran akuntansi.
Dalam rangka pembentukan karakter siswa pada mata pelajaran akuntansi, maka guru wajib memahami metode pembelajaran yang menyangkut cara pendekatan dan penyampaian nilai-nilai hidup yang ditanamkan pada siswa, metode itu antara lain :
a)      Metode Demokratis; menekankan pencarian proses bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan anak menemukan nilai-nilai tersebut. Misalnya adalah pada saat penyusunan pelaporan keuangan siswa di berikan arahan bahwa laporan akuntansi harus dapat dipertanggungjawabkan kebenaran sehingga tertanam rasa tanggungjawab dan jujur pada diri siswa.
b)      Metode Pencarian Bersama; metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Misalnya adalah dalam pelaksanaan unjuk kerja akuntansi menggunakan sitem kerja kelompok dan guru selalu mendampingi kerja kelompok tersebut sehingga membina karakter kerjasama antar individu.
c)      Metode Siswa Aktif; metode ini menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran. Misalnya adalah guru memberikan materi studi kasus akuntansi kemudian anak melakukan pengamatan, analisis sehingga sampai pada proses penyimpulan atas kegiatan mereka, sehingga terbentuk karakter observasi dan menganalisa suatu masalah sehingga dapat mengambil hikmah dari setiap masalah.

d)     Metode Keteladanan; metode ini dilakukan dengan menempatkan diri guru sebagai idola dan panutan bagi siswa. Dengan keteladanan guru maka guru tersebut akan dapat membimbing siswanya dengan lebih optimal. Misalnya dalam melaksanakan pembelajaran akuntansi guru senantiasa tulus dan teguh dalam membimbing siswanya sehingga siswa dapat meniru ketulusan dan keteguhan dari guru sehingga siswa dapat secara konsisten bersikap tulus dan teguh atau pantang menyerah.
e)      Metode Live In; metode ini dimaksudkan agar anak mempunyai pengalaman hidup bersama dengan orang lain secara langsung dalam situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dengan cara berpikir, tantangan, permasalahan termasuk nilai-nila hidupnya. Misalnya siswa diajak ke panti asuhan dan melihat laporan keuangan dari kegiatan panti asuhan tersebut, dan memberi pengertian pada siswa bahwa tidak semua laporan keuangan berujung pada keuntungan atau laba.
f)       Metode Penjernihan Nilai; metode ini dilakukan dengan dialog aktf dalam bentuk sharing atau diskusi mendalam dan intensif sebagai pendampingan agar anak tidak mengalami pembelokan nilai hidup. Misalnya adalah siswa diajak berdiskusi mengenai kasus korupsi yang pada dasarnya itu adalah bentuk penyelewengan dari kegiatan akuntansi.
Keberhasilan pendidikan karakter yang berasal dari hidden curriculum mata pelajaran akuntansi pada dasarnya memerlukan bimbingan, keteladanan, pembiasaan, atau pembudayaan serta ditunjang oleh lingkungan yang kondusif baik di kelas maupun di lingkungan sekolah.
Dari uraian di atas jelas bahwa  pembentukan karakter melalui pembelajaran mata pelajaran akuntansi akan berkembangan bilamana guru mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari tiga unsur yakni: guru, murid dan proses atau dinamika kelas terutama pada proses pembelajaran akuntansi.

C.    PENUTUP
Pendidikan karakter dalam hidden curriculum mata pelajaran akuntansi dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan siswa dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. Nilai-nilai luhur yang terdapat dalam hidden curriculum mata pelajaran akuntansi diantaranya adalah kejujuran, keuletan, kemandirian, kemuliaan sosial, kecerdasan berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual dan berpikir logis. Oleh karena itu, penanaman pembentukan karakter tidak bisa hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu ketrampilan tertentu. Namun juga perlu penanaman pembentukan karakter yang tentu saja perlu proses, contoh  teladan, dan pembiasaan atau pembudayaan dalam lingkungan siswa, keluarga dan lingkungan masyarakat tempat siswa tinggal.
Guru mata pelajaran akuntansi harus memahami hidden curriculum pembentukan karakter dalam mata pelajarannya sehingga sejalan dengan adanya konsep pendidikan yang beranggapan bahwa, sejak dilahirkan, anak telah memiliki potensi-potensi, baik potensi untuk berpikir, berbuat, memecahkan masalah, maupun untuk belajar dan berkembang sendiri. Pendidikan adalah ibarat persemaian, berfungsi menciptakan lingkungan yangmenunjang dan terhindar dari hama-hama. Tugas guru, seperti halnya seorang petani adalah mengusahakan tanah yang gembur, pupuk, air, udara, dan sinar matahari yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan tanaman (peserta didik). Pendidikan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Peserta didik menjadi subjek pendidikan, dialah yang menduduki tempat utama dalam pendidikan. Pendidik menempati posisi kedua, bukan lagi sebagai penyampai informasi atau sebagai model dan ahli dalam disiplin ilmu. Ia lebih berfungsi sebagai psikolog yang mengerti segala kebutuhan dan masalah peserta didik. la juga berperan sebagai bidan yang membantu siswa melahirkan ide-idenya.


DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, B. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Makassar: Badan Penerbit UNM Makassar.

Shintawati. 2010. Pendidikan Berbasis Karakter. http://www.jsit.web.id/index. php?option=com_content&view=article&id=58:pbk&catid=35:dpm&Itemid=57. Diakses sTanggal 23 September 2011.

Sudrajat, A. 2008. Pengelolaan Kelas. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/01 /24/pengelolaan-kelas/. Diakses Tanggal 23 September 2011.

Zubaedi.2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta : Kharisma Putra Utama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar