A.
PENDAHULUAN
Pendidikan
karakter harus dimulai sejak lahir bahkan masih dalam kandungan melalui belaian
kasih sayang ibu dan bapaknya. Pada masa bayi, penanaman pendidikan karakter
dalam keluarga sangat penting. Nilai dan norma ditanamkan melalui contoh
perilaku semua anggota keluarga. Kemudian memasuki lima tahun, anak mulai
berkenalan dengan lingkungan baru, yaitu lingkungan taman kanak-kanak atau
pendidikan anak usia dini. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka penanaman
pendidikan karakter lebih komplek hingga tak terbatas sampai anak menginjak
sekolah menengah atas namun sampai juga ke perguruan tinggi.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki
esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang
baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara
yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial
tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.
Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai
luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka
membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan
karakter bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, bukan pula
dimasukkan sebagai standar kompetensi dan kompetensi dasar baru, tetapi
terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang sudah ada. Oleh karena itu, guru dan
sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan
karakter ke dalam kurikulum yang dilaksanakan di sekolahnya. Pendidikan
karakter dilaksanakan melalui keseharian pembelajaran yang sudah berjalan di
sekolah. Penanaman dan pembiasaan dalam menanamkan nilai-nilai luhur di sekolah
harus terintegrasi dalam proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran, tak terkecuali
mata pelajaran akuntansi.
Pengertian Akuntansi menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) ialah seni
pencatatan, pengikhtisaran dan pengelolaan dengan cara tertentu dan dalam
ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang pada umumnya bersifat
keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.
Mata
pelajaran akuntansi merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di Sekolah
Menengah Atas jurusan ilmu pengetahuan sosial dan juga diajarkan pada Sekolah Menengah
Kejuruan jurusan akuntansi dan bisnis. Mata pelajaran akuntansi mempelajari
mengenai pencatatan dan pelaporan keuangan dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Mata pelajaran akuntansi seyogya nya juga berperan dalam
pembentukan karakter siswa melalui disipiln ilmu akuntansi itu sendiri dan
penerapan atau pengelolaan mata pelajaran akuntansi di kelas.
Tantangan
bagi guru yang mengampu mata pelajaran akuntansi adalah selain mencurahkan
pengetahuan dan keahlian akuntansi pada siswanya, namun juga guru harus mampu
membentuk karakter siswa melalui penanaman nilai-nilai dan norma-norma yang
berkaitan dengan bidang yang digeluti oleh akuntansi yakni mengenai keuangan.
Diharapkan setelah belajar mengenai akuntansi siswa dapat menambah kemampuannya
dalam bidang akuntansi sekaligus terbentuk karakter yang dibaik sehingga
menjadi bekal dalam kehidupannya di masyarakat.
B.
PEMBENTUKAN
KARAKTER
1.
Prinsip-prinsip
Penyusunan Materi Pendidikan Karakter
Pemahaman
mengenai arti pendidikan karakter akan ikut menentukan isi pendidikan karakter.
Banyak orang berpikir, pihak yang dianggap bertanggung jawab dalam mendidik
karakter atau budi pekerti adalah guru agama dan guru pendidikan budi pekerti.
Pikiran demikian jelas kurang tepat karena masalah karakter atau budi pekerti akan
berkaitan dengan satu dengan yang lain baik program pendidikan di sekolah
maupun lingkungan. Pendidikan karakter atau budi pekerti sangat luas sehingga
sesuatu yang tidak mungkin manakala hanya menjadi tanggung jawab guru agama
ataupun guru pendidikan budi pekerti. Oleh karena itu, timbul gagasan tentang
pentingnya kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dalam setiap mata
pelajaran yang tidak secara eksplisit ditulis dalam kurikulum.
Prinsip
yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter yang terdapat dalam mata
pelajaran sebagai hidden curriculum harus berlandaskan pada :
a) Berkelanjutan;
mengandung makna bahwa proses yang tiada henti, dimulai dari awal peserta didik
masuk samapai selesai dari suatu satuan pendidikan bahkan sampai terjun ke masyarakat.
b) Diajarkan
melalui semua mata pelajaran dan dilengkapi dengan pengembangan diri dan budaya
sekolah.
c) Penanaman
nilai-nilai atau norma-norma tidak hanya diajarkan tetapi dikembangkan dan
dilaksanakan.
d) Proses
pendidikan harus dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan; guru
harus merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif
merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi yang sudah dimiliki, dan
menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai
kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah dan tugas-tugas di luar
sekolah.
Setiap
mata pelajaran harus menyertakan pembentukan karakter dalam pelaksanaan
pembelajarannya meskipun tidak secar konkret tertulis dalam kurikulum tapi
harus termuat dalam hidden curriculum yang diterapkan. Penerapan hidden
curriculum pembentukan karakter tersebut harus dilandaskan pada prinsip-prinsip
di atas.
2.
Pengelolaan
Kelas Mata Pelajaran Akuntansi
Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan
sebagai Classroom Management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan
manajemen.Pengertian pengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu kegiatan-kegiatan meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan
penilaian. Wilford A. Weber (James M. Cooper, 1995 : 230) mengemukakan bahwa Classroom
management is a complex set of behaviors the teacher uses to establish and
maintain classroom conditions that will enable students to achieve their
instructional objectives efficiently – that will enable them to learn.
Definisi di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas
merupakan seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan untuk
menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara
efisien. Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi
terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama
yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik
secara berkelompok maupun secara individual.
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam
pengelolaan kelas antara lain sebagai berikut : (1) Mengatur tempat duduk
peserta didik sesuai dengan karakteristik peserta didik; (2) Menghidupkan
kegiatan kelas; (3) Mengatur situasi kelas secara teratur dan tertib; (4)
Mengecek kehadiran peserta didik; (5) Mengatur tata cara berbicara dan Tanya
jawab; (6) Memberikan tugas kepada peserta didik dengan tertib dan lancer; (7)
Mengatur pendistribusian alat dan bahan pembelajaran; dan (8) Mengumpulkan
hasil pekerjaan peserta didik, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut.
Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
dalam pengelolaan kelas pada mata pelajaran akuntansi, maka dapat dilakukan
melalui strategi-strategi yang dilaksanakan oleh guru untuk mengembangkan
pembentukan karakter pada siswa, antara lain :
a) Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi
aktif siswa, yaitu metode belajar yang dapat meningkatkan motivasi siswa karena
seluruh yang dipelajari sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, dalam
konteks ini adalah pencatatan dan pelaporan keuangan suatu perusahaan.
b) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga
anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman,
penghargaan, tanpa ancaman dan memberikan semangat. Karena proses belajar
mengajar akan dapat berjalan dengan lancar jika siswa memiliki suasana atau
kondisi lingkungan yang ideal untuknya.
c) Memberikan pendidikan karakyter secara eksplisit,
sistematis dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good,
loving the good dan acting the good, misalnya memberikan penguatan bahwa
penghitungan akuntansi harus sistematis, jujur dan dapat dipertanggung jawabkan
sehingga karakter tersebut terbentuk pada diri siswa.
d) Membangun hubungan yang suportive dan penuh perhatian
di kelas dan seluruh sekolah. Yakni dengan melaksanakan praktek akuntansi
melalui bank mini atau praktek menerapkan akuntansi yang dilakukan dengan
supportive dan bertanggung jawab.
e) Tidak ada siswa yang terabaikan. Pendidik harus merasa
semua siswa mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan. Oleh karena
itu pendidik harus mencurahkan semua perhatian kepada semua siswa sehingga
semua siswa merasa nyaman dan berarti, yang pada akhirnya siswa meresa ada
penghargaan terhadap dirinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pelajaran akuntansi
merupakan pelajaran yang tidak semua siswa dapat memahaminya dengan cepat dan
tepat. Perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dalam memahami akuntansi tersebut
harus dijadikan pemacu semangat bagi guru untuk mencari dan mempraktekkan
model-model pembelajaran guna mendapatkan tujuan yang diharapkan. Model
pembelajaran pada pelajaran akuntansi pada hakekatnya ada dua model yakni
penyampaian materi dan memperaktekkan materi tersebut. Namun permasalahannya
adalah selain kognitif, siswa harus juga dilengkapi pembentukan karakter. Untuk
itu guru harus memahami pengetahuan akuntansi atau kognitif sekaligus guru
harus memahami hidden curiculum yang terdapat dalam pelajaran akuntansi.
Dalam rangka pembentukan karakter siswa pada mata
pelajaran akuntansi, maka guru wajib memahami metode pembelajaran yang
menyangkut cara pendekatan dan penyampaian nilai-nilai hidup yang ditanamkan
pada siswa, metode itu antara lain :
a) Metode Demokratis; menekankan pencarian proses bebas
dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan anak menemukan
nilai-nilai tersebut. Misalnya adalah pada saat penyusunan pelaporan keuangan
siswa di berikan arahan bahwa laporan akuntansi harus dapat dipertanggungjawabkan
kebenaran sehingga tertanam rasa tanggungjawab dan jujur pada diri siswa.
b) Metode Pencarian Bersama; metode ini menekankan pada
pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Misalnya adalah dalam
pelaksanaan unjuk kerja akuntansi menggunakan sitem kerja kelompok dan guru
selalu mendampingi kerja kelompok tersebut sehingga membina karakter kerjasama
antar individu.
c) Metode Siswa Aktif; metode ini menekankan pada proses
yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran. Misalnya adalah guru memberikan
materi studi kasus akuntansi kemudian anak melakukan pengamatan, analisis
sehingga sampai pada proses penyimpulan atas kegiatan mereka, sehingga
terbentuk karakter observasi dan menganalisa suatu masalah sehingga dapat
mengambil hikmah dari setiap masalah.
d) Metode Keteladanan; metode ini dilakukan dengan
menempatkan diri guru sebagai idola dan panutan bagi siswa. Dengan keteladanan
guru maka guru tersebut akan dapat membimbing siswanya dengan lebih optimal.
Misalnya dalam melaksanakan pembelajaran akuntansi guru senantiasa tulus dan
teguh dalam membimbing siswanya sehingga siswa dapat meniru ketulusan dan
keteguhan dari guru sehingga siswa dapat secara konsisten bersikap tulus dan
teguh atau pantang menyerah.
e) Metode Live In; metode ini dimaksudkan agar anak
mempunyai pengalaman hidup bersama dengan orang lain secara langsung dalam
situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman
langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dengan cara
berpikir, tantangan, permasalahan termasuk nilai-nila hidupnya. Misalnya siswa
diajak ke panti asuhan dan melihat laporan keuangan dari kegiatan panti asuhan
tersebut, dan memberi pengertian pada siswa bahwa tidak semua laporan keuangan
berujung pada keuntungan atau laba.
f) Metode Penjernihan Nilai; metode ini dilakukan dengan
dialog aktf dalam bentuk sharing atau diskusi mendalam dan intensif sebagai
pendampingan agar anak tidak mengalami pembelokan nilai hidup. Misalnya adalah
siswa diajak berdiskusi mengenai kasus korupsi yang pada dasarnya itu adalah
bentuk penyelewengan dari kegiatan akuntansi.
Keberhasilan pendidikan karakter yang berasal dari
hidden curriculum mata pelajaran akuntansi pada dasarnya memerlukan bimbingan,
keteladanan, pembiasaan, atau pembudayaan serta ditunjang oleh lingkungan yang
kondusif baik di kelas maupun di lingkungan sekolah.
Dari uraian di atas jelas bahwa pembentukan
karakter melalui pembelajaran mata pelajaran akuntansi akan berkembangan
bilamana guru mendayagunakan secara maksimal potensi kelas yang terdiri dari
tiga unsur yakni: guru, murid dan proses atau dinamika kelas terutama pada
proses pembelajaran akuntansi.
C.
PENUTUP
Pendidikan karakter dalam hidden curriculum mata
pelajaran akuntansi dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan siswa dalam
berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan
dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya.
Nilai-nilai luhur yang terdapat dalam hidden curriculum mata pelajaran
akuntansi diantaranya adalah kejujuran, keuletan, kemandirian, kemuliaan
sosial, kecerdasan berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual dan berpikir
logis. Oleh karena itu, penanaman pembentukan karakter tidak bisa hanya sekedar
mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu ketrampilan tertentu. Namun
juga perlu penanaman pembentukan karakter yang tentu saja perlu proses,
contoh teladan, dan pembiasaan atau
pembudayaan dalam lingkungan siswa, keluarga dan lingkungan masyarakat tempat
siswa tinggal.
Guru mata pelajaran akuntansi harus memahami hidden
curriculum pembentukan karakter dalam mata pelajarannya sehingga sejalan dengan
adanya konsep pendidikan yang beranggapan bahwa, sejak
dilahirkan, anak telah memiliki potensi-potensi, baik potensi untuk berpikir,
berbuat, memecahkan masalah, maupun untuk belajar dan berkembang sendiri. Pendidikan
adalah ibarat persemaian, berfungsi menciptakan lingkungan yangmenunjang dan
terhindar dari hama-hama. Tugas guru, seperti halnya seorang petani adalah
mengusahakan tanah yang gembur, pupuk, air, udara, dan sinar matahari yang
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan tanaman (peserta didik). Pendidikan
bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Peserta didik menjadi subjek
pendidikan, dialah yang menduduki tempat utama dalam pendidikan. Pendidik
menempati posisi kedua, bukan lagi sebagai penyampai informasi atau sebagai
model dan ahli dalam disiplin ilmu. Ia lebih berfungsi sebagai psikolog yang
mengerti segala kebutuhan dan masalah peserta didik. la juga berperan sebagai
bidan yang membantu siswa melahirkan ide-idenya.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurhayati, B. 2011. Strategi Belajar Mengajar.
Makassar: Badan Penerbit UNM Makassar.
Shintawati. 2010. Pendidikan Berbasis Karakter. http://www.jsit.web.id/index. php?option=com_content&view=article&id=58:pbk&catid=35:dpm&Itemid=57. Diakses sTanggal 23 September 2011.
Sudrajat, A. 2008. Pengelolaan Kelas. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/01 /24/pengelolaan-kelas/. Diakses Tanggal 23 September 2011.
Zubaedi.2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta :
Kharisma Putra Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar